Hemmmm...Megelli Indonesia Groups Chapter Semarang masuk koran lagi! Tentunya kami atas nama Megelli Indonesia Groups Pusat dan MIG Nasional patut berbangga hati karena ini yang sekian kalinya MIG Semarang masuk berita di SUARA MERDEKA korannya Jawa Tengah kali ini dalam acara MIG Semarang merayakan HUT MIG yang ke 3. Inilah sekilas liputannya yang kami ambil dari Suara Merdeka:
Semarang .
Setelah melakukan doa bersama, mereka memacu motor beragam warna dan full modifikasi itu perlahan melintasi Jalan Pahlawan. Satu per satu barisan motor itu berjalan ke arah Jalan Diponegoro, Jalan Sultan Agung, Jalan Teuku Umar, Jalan Setiabudi, dan akhirnya memasuk wilayah Kabupaten Semarang.
Di tengah perjalanan, para pengguna jalan maupun masyarakat yang tengah melakukan aktivitas pagi, memperhatikan barisan sepeda motor yang berjalan pelan dan tertib. Meski tergolong motor sport berkapasitas 250 cc, para pecinta motor Megelli 250 yang tergabung dalam komunitas Megelli Indonesia Group (MIG) Semarang itu hanya memacu kendaraannya 40 km/jam hingga 60 km/jam saja.
Beberapa anak kecil yang tengah berangkat ke sekolah terlihat melambai-lambaikan tangan kepada para pengendara. Memasuki pintu gerbang kawasan wisata Bandungan di Lemah Abang, barisan motor pun tetap rapi.
Jalanan menanjak dan tikungan tajam menjadi sensasi tersendiri bagi mahasiswa Politeknik Negeri Semarang (Polines) Teknik Mesin semesterlima , Jefri Widiyanto
(26), yang mengendarai Megelli R250 keluaran 2010. Megelli, kata Jefri, adalah
sepeda motor produksi Megelli Corporation dari Inggris dengan mesin yang
diproduksi oleh Sachs di German dan Edi Progetti dari Italy .
”Apa pun medannya, berkendara bersama teman-teman dalam satu komunitas membawa pengalaman yang menyenangkan. Menjunjung tinggi rasa persaudaraan dan kekompakan menjadi hal baru bagi saya sebagai anggota baru komunitas MIG Semarang,” ujar warga Dusun Kalikuto RT 2 RW 10 Kelurahan Candimulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo itu.
Kali Pertama MIG terbentuk dan eksis hingga saat ini berawal dari sebuah forum di dunia maya. Pertemuan atau kopi darat (kopdar) kali pertama antarsesama pecinta, pemilik, dan pengguna Megelli pun dilakukan di daerah sekitar Menteng, Jakarta Pusat. Kemudian berlanjut dengan kegiatan touring yang rutin diadakan tiap tiga bulan sekali, membuat solidaritas sesama anggota klub semakin erat. Secara sah, MIG berdiri pada 3 Oktober 2009. Anggota yang tergabung ke dalam komunitas MIG kini sudah mencapai sekitar 200-an orang yang tersebar di seluruhIndonesia . Ya, bagi Jefri, kumpul dan rolling thunder dalam komunitas klub motor memang
mengasyikkan. Tetapi bergabung dalam suatu komunitas bukanlah hanya kumpul atau
kongkow semata, melainkan ada ikatan emosi persaudaraan (brotherhood) antara
sesama anggota maupun terhadap klub lain yang juga sama-sama pencinta roda dua.
Pendiri sekaligus penasehat MIG Semarang, Anton Yurian (50) menjelaskan, ajang pertemuan klub yang biasa disebut kopdar biasanya dijadwalkan setiap weekend minggu pertama dan ketiga setiap Jumat malam atau malam Sabtu di depan BPS Jalan Pahlawan, juga sekaligus menjadi ajang refreshing setelah kepenatan selama seminggu beraktivitas rutin seperti bekerja atau sekolah. Meskipun baru terbentuk pada 11 November 2011, jumlah anggota MIG Semarang hingga kini yang terdiri atas para pelajar, karyawan dan PNS mencapai 20-an orang. Keanggotaan Megelli yang resmi, ditunjukkan dengan memperoleh nomor registrasi anggota dari MIG pusat diJakarta .
Sebelumnya calon anggota harus mengumpulkan antara lain fotokopi KTP, SIM, dan STNK, dan syarat utama untuk menjadi anggota, tentunya mereka yang memiliki motor Megelli 250. Awal terbentuk MIG Semarang pun dilakukan atas prakarsa Anton, Bibit, dan Bayu.
Dibandingkan dikota
lain, komunitas MIG Semarang adalah baru kali pertama ada, khususnya di region
Jawa Tengah.
”Selain touring pendek maupun touring jarak jauh, kita juga melakukan kegiatan sosial dengan membantu kaum duafa dan anak-anak di panti asuhan. Karena mayoritas anggota adalah anak-anak muda, setiap berkumpul tiada jarak lagi, kita menganggap sebagai keluarga,” tuturnya. Ayah tiga anak yang juga warga Kelurahan Tlogosari Wetan, Kecamatan Pedurungan itu menjelaskan, para pemilik motor sport Migelli sebelum bergabung dengan komunitas, seringkali ngebut di jalanan. Namun, setelah masuk komunitas MIG, pola pikir dan perilaku mereka berubah.
”Anak-anak di komunitas pola pikirnya pun berubah, melihat pengendara motor yang ngebut disebutnya ndesa, ketika ada yang menantang pun tidak pernah kita tanggapi,” papar pemilik Megelli R250 produksi 2009 itu. (Muhammad Syukron-69)
Berita Terkait: http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=202347
17
Oktober 2012
KOMUNITAS : Komunitas Megelli Indonesia GroupSemarang
Ngebut di Jalanan Itu Ndesa
MATAHARI mulai beranjak naik. Deru suara knalpot terdengar dari belasan
motor besar yang tengah berkumpul di depan kantor Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Jawa Tengah, Jalan Pahlawan, KOMUNITAS : Komunitas Megelli Indonesia Group
Ngebut di Jalanan Itu Ndesa
Setelah melakukan doa bersama, mereka memacu motor beragam warna dan full modifikasi itu perlahan melintasi Jalan Pahlawan. Satu per satu barisan motor itu berjalan ke arah Jalan Diponegoro, Jalan Sultan Agung, Jalan Teuku Umar, Jalan Setiabudi, dan akhirnya memasuk wilayah Kabupaten Semarang.
Di tengah perjalanan, para pengguna jalan maupun masyarakat yang tengah melakukan aktivitas pagi, memperhatikan barisan sepeda motor yang berjalan pelan dan tertib. Meski tergolong motor sport berkapasitas 250 cc, para pecinta motor Megelli 250 yang tergabung dalam komunitas Megelli Indonesia Group (MIG) Semarang itu hanya memacu kendaraannya 40 km/jam hingga 60 km/jam saja.
Beberapa anak kecil yang tengah berangkat ke sekolah terlihat melambai-lambaikan tangan kepada para pengendara. Memasuki pintu gerbang kawasan wisata Bandungan di Lemah Abang, barisan motor pun tetap rapi.
Jalanan menanjak dan tikungan tajam menjadi sensasi tersendiri bagi mahasiswa Politeknik Negeri Semarang (Polines) Teknik Mesin semester
”Apa pun medannya, berkendara bersama teman-teman dalam satu komunitas membawa pengalaman yang menyenangkan. Menjunjung tinggi rasa persaudaraan dan kekompakan menjadi hal baru bagi saya sebagai anggota baru komunitas MIG Semarang,” ujar warga Dusun Kalikuto RT 2 RW 10 Kelurahan Candimulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo itu.
Kali Pertama MIG terbentuk dan eksis hingga saat ini berawal dari sebuah forum di dunia maya. Pertemuan atau kopi darat (kopdar) kali pertama antarsesama pecinta, pemilik, dan pengguna Megelli pun dilakukan di daerah sekitar Menteng, Jakarta Pusat. Kemudian berlanjut dengan kegiatan touring yang rutin diadakan tiap tiga bulan sekali, membuat solidaritas sesama anggota klub semakin erat. Secara sah, MIG berdiri pada 3 Oktober 2009. Anggota yang tergabung ke dalam komunitas MIG kini sudah mencapai sekitar 200-an orang yang tersebar di seluruh
Pendiri sekaligus penasehat MIG Semarang, Anton Yurian (50) menjelaskan, ajang pertemuan klub yang biasa disebut kopdar biasanya dijadwalkan setiap weekend minggu pertama dan ketiga setiap Jumat malam atau malam Sabtu di depan BPS Jalan Pahlawan, juga sekaligus menjadi ajang refreshing setelah kepenatan selama seminggu beraktivitas rutin seperti bekerja atau sekolah. Meskipun baru terbentuk pada 11 November 2011, jumlah anggota MIG Semarang hingga kini yang terdiri atas para pelajar, karyawan dan PNS mencapai 20-an orang. Keanggotaan Megelli yang resmi, ditunjukkan dengan memperoleh nomor registrasi anggota dari MIG pusat di
Sebelumnya calon anggota harus mengumpulkan antara lain fotokopi KTP, SIM, dan STNK, dan syarat utama untuk menjadi anggota, tentunya mereka yang memiliki motor Megelli 250. Awal terbentuk MIG Semarang pun dilakukan atas prakarsa Anton, Bibit, dan Bayu.
Dibandingkan di
”Selain touring pendek maupun touring jarak jauh, kita juga melakukan kegiatan sosial dengan membantu kaum duafa dan anak-anak di panti asuhan. Karena mayoritas anggota adalah anak-anak muda, setiap berkumpul tiada jarak lagi, kita menganggap sebagai keluarga,” tuturnya. Ayah tiga anak yang juga warga Kelurahan Tlogosari Wetan, Kecamatan Pedurungan itu menjelaskan, para pemilik motor sport Migelli sebelum bergabung dengan komunitas, seringkali ngebut di jalanan. Namun, setelah masuk komunitas MIG, pola pikir dan perilaku mereka berubah.
”Anak-anak di komunitas pola pikirnya pun berubah, melihat pengendara motor yang ngebut disebutnya ndesa, ketika ada yang menantang pun tidak pernah kita tanggapi,” papar pemilik Megelli R250 produksi 2009 itu. (Muhammad Syukron-69)
Berita Terkait: http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=202347
BRAVO Megelli Indonesia Groups Semarang and MIG All Chapters!!!
memang ajib ini anak2 Semarang,,, Bravo MIG Semarang, Bravo MIG se Indonesia !!!
ReplyDeleteMantab dan sukses...
ReplyDelete